sumber: najmiyusufabdat.blogspot.com
Sejarah real madrid
Awal mula (1902—1945)
Foto bersejarah Real Madrid pada musim 1905—1906.
Awal mula Real Madrid dimulai saat sepak bola diperkenalkan ke Madrid oleh para akademisi dan mahasiswa dari Institución libre de enseñanza yang di dalamnya termasuk beberapa lulusan dari Universitas Oxford dan Universitas Cambridge. Mereka mendirikan Football Club Sky pada 1897 yang kemudian kerap bermain sepak bola secara rutin pada hari Minggu pagi di Moncloa. Klub ini kemudian terpecah menjadi dua pada tahun 1900, yaitu: New Foot-Ball de Madrid dan Club Español de Madrid.[5] Klub terakhir terpecah lagi pada tahun 1902 yang kemudian menghasilkan pembentukan Madrid Football Club pada tanggal 6 Maret 1902.[1] Tiga tahun setelah berdirinya, pada tahun 1905, Madrid FC merebut gelar pertama setelah mengalahkan Athletic Bilbao pada final Copa del Rey. Klub ini menjadi salah satu anggota pendiri dari Federasi Sepak Bola Kerajaan Spanyol pada 4 Januari 1909 ketika presiden klub Adolfo Meléndez menandatangani perjanjian dasar pendirian Asosiasi Sepak Bola Kerajaan Spanyol. Dengan beberapa alasan, klub ini kemudian pindah ke Campo de O'Donnell pada tahun 1912.[6] Pada tahun 1920, nama klub diubah menjadi Real Madrid setelah Alfonso XIII dari Spanyol memperbolehkan klub menggunakan kata Real—yang berarti kerajaan—kepada klub ini.[7]
Pada tahun 1929, Liga Spanyol didirikan. Real Madrid memimpin musim pertama liga sampai pertandingan terakhir, namun saat itu secara mengejutkan mereka kalah oleh Athletic Bilbao yang menyebabkan gelar yang sudah hampir pasti diraih, direbut oleh Barcelona.[8] Real Madrid akhirnya berhasil memenangkan gelar La Liga pertama mereka pada musim 1931—32. Real kemudian berhasil mempertahankan gelarnya pada tahun selanjutnya dan sukses menjadi klub Spanyol pertama yang menjuarai La Liga dua kali berturut-turut.[9]
Era Santiago Bernabeu dan kesuksesan di Eropa (1945—1978)
Santiago Bernabéu Yeste terpilih menjadi presiden Real Madrid tahun 1943.[10][11] Di bawah kepemimpinannya, Real Madrid kemudian berhasil membangun Stadion Santiago Bernabéu dan tempat berlatih klub di Ciudad Deportiva yang sebelumnya sempat rusak akibat Perang Saudara Spanyol. Pada 1953, Bernabeu kemudian mulai membangun tim dengan cara mendatangkan pemain-pemain asing, salah satunya adalah Alfredo Di Stéfano.[12]
Pada tahun 1955, berdasar dari ide yang diusulkan oleh jurnalis olahraga Perancis dan editor dari L'Equipe, Gabriel Hanot, Bernabéu, Bedrignan, dan Gusztáv Sebes menciptakan sebuah turnamen sepak bola percobaan dengan mengundang klub-klub terbaik dari seluruh daratan Eropa. Turnamen ini kemudian menjadi dasar dari Liga Champions UEFA yang berlangsung saat ini.[13] Di bawah bimbingan Bernabéu, Real Madrid memantapkan dirinya sebagai kekuatan utama dalam sepak bola, baik di Spanyol maupun di Eropa. Real Madrid memenangkan Piala Eropa lima kali berturut-turut antara tahun 1956 dan 1960, di antaranya kemenangan 7–3 atas klub Jerman, Eintracht Frankfurt pada tahun 1960.[12]Setelah kelima berturut-turut sukses, Real secara permanen diberikan piala asli turnamen dan mendapatkan hak untuk memakai lencana kehormatan UEFA.[14] Real Madrid kemudian memenangkan Piala Eropa untuk keenam kalinya pada tahun 1966 setelah mengalahkan FK Partizan 2–1 pada pertandingan final dengan komposisi tim yang seluruhnya terdiri dari pemain berkebangsaan Spanyol, sekaligus menjadi pertama kalinya dalam sejarah pertandingan Eropa.[15] Tim ini kemudian dikenal lewat julukan "Ye-ye". Nama "Ye-ye" berasal dari "Yeah, yeah, yeah" chorus dalam lagu The Beatles berjudul "She Loves You" setelah empat anggota tim berpose untuk harian Diario Marcamengenakan wig khas The Beatles. Generasi "Ye-ye" juga berhasil menjadi juara kedua Piala Champions pada tahun 1962 dan 1964.[15]
Pada 1970-an, Real Madrid memenangi kejuaraan liga sebanyak 5 kali disertai 3 kali juara Piala Spanyol.[16] Madrid kemudian bermain pada final Piala Winners UEFA pertamanya pada tahun 1971 dan kalah dengan skor 1–2 dari klub Inggris, Chelsea.[17] Pada tanggal 2 Juli 1978, presiden klub Santiago Bernabéu meninggal ketika Piala Dunia FIFA sedang berlangsung di Argentina. FIFA kemudian menetapkan tiga hari berkabung untuk menghormati dirinya selama turnamen berlangsung.[18] Tahun berikutnya, klub mengadakan Kejuaraan Trofi Santiago Bernabéu sebagai bentuk penghormatan pada mantan presidennya tersebut.
Naik turun, generasi Quinta del Buitre, dan Piala Eropa ketujuh (1980—2000)
Pada awal 1980-an, Real Madrid seperti kehilangan cengkeramannya di La Liga dan mereka membutuhkan waktu beberapa tahun untuk bisa kembali lagi menuju ke atas melalui bantuan beberapa bintang baru. Keberhasilan para bintang baru tersebut kemudian disebut oleh jurnalis olahraga Spanyol sebagai era generasi La Quinta del Buitre ("Lima Burung Nazar"), yang berasal dari nama el buitre ("burung nazar"), julukan yang diberikan kepada salah satu pemain Madrid saat itu, Emilio Butragueño. Anggota lainnya adalah Manuel Sanchís, Rafael Martín Vázquez, Miguel Pardeza, dan Míchel. Dengan La Quinta del Buitre (kemudian berkurang menjadi empat anggota ketika Miguel Pardeza meninggalkan klub dan pindah ke Real Zaragoza pada 1986) dan pemain terkenal seperti penjaga gawang Francisco Buyo, bek kanan Miguel Porlán Chendo, dan penyerang Meksiko Hugo Sanchez, Real Madrid berhasil bangkit dan memiliki kekuatan terbaik di daratan Spanyol dan Eropa pada paruh kedua tahun 1980-an. Hasilnya juga cukup signifikan: mereka berhasil memenangkan dua Piala UEFA, lima gelar Liga Spanyol berturut-turut, satu Piala Spanyol, dan tiga Piala Super Spanyol. Pada awal 1990-an, La Quinta del Buitre resmi berpisah setelah Rafael Martín Vázquez, Emilio Butragueno, dan Míchel meninggalkan klub.
Pada tahun 1996, Presiden Lorenzo Sanz menunjuk Fabio Capello sebagai pelatih. Meskipun masa jabatannya hanya berlangsung satu musim, Real Madrid berhasil menjadi juara La Liga lewat kontribusi Roberto Carlos, Predrag Mijatović, Davor Šuker, dan Clarence Seedorf yang membantu para pemain lokal seperti Raul Gonzalez, Fernando Hierro, Iván Zamorano, dan Fernando Redondo. Real Madrid kemudian menambah amunisi dengan kedatangan Fernando Morientes pada tahun 1997. Penantian mereka selama 32 tahun untuk bisa berjaya lagi di Eropa akhirnya berakhir pada tahun 1998 di bawah manajer Jupp
Heynckes saat berhasil lolos ke Final Liga Champions UEFA dan mengalahkanJuventus dengan skor 1–0 berkat gol dari Predrag Mijatović.
Era saat ini (2000—sekarang)
Para pemain Real Madrid pada tahun 2007.
Beberapa bulan usai meraih gelar Eropa kedelapannya, Real Madrid memilih presiden yang baru pada Juli 2000 dan yang terpilih adalahpengusaha Spanyol, Florentino Pérez.[19] Dalam kampanyenya ia berjanji untuk menghapus utang klub dan memodernisasi fasilitas klub. Namun janji utamanya yang mendorong Pérez kepada kemenangan saat pemilihan adalah pembelian Luís Figo dari seteru abadi Madrid, yaitu Barcelona.[20] Tahun berikutnya, klub membangun kamp pelatihan yang baru dan menggunakan uang yang mereka dapat dari tahun sebelumnya untuk memulai perekrutan pemain bintang—yang oleh jurnalis Spanyol disebut sebagai "Los Galácticos"—dengan mengontrak pemain-pemain seperti Zinédine Zidane, Ronaldo, Luís Figo, Roberto Carlos, Raúl González, dan David Beckham. Sempat menjadi perdebatan ketika pemain-pemain yang dibeli oleh Perez gagal menunjang prestasi klub, namun berhasil tertutupi oleh gelar Liga Champions kesembilan Madrid pada tahun 2002 yang disusul gelar Piala Interkontinental pada tahun yang sama dan diakhiri gelar La Liga pada tahun 2003. Namun sejak 2003 sampai 2006, sekalipun diisi barisan pemain bintang, klub gagal meraih satupun piala.[21]
Ramón Calderón kemudian terpilih sebagai presiden klub pada 2 Juli 2006 dan kemudian ia mengangkat Fabio Capello sebagai pelatih baru dan Predrag Mijatović sebagai direktur sepak bola yang baru. Real Madrid memenangkan gelar La Liga pada tahun 2007 untuk pertama kalinya dalam empat tahun. Tetapi hanya beberapa saat usai memenangi gelar tersebut, Capello langsung dipecat.[22] Pada musim 2007—2008, Real Madrid memenangkan liga domestik ke-31 kalinya di bawah asuhan pelatih Jerman, Bernd Schuster.
Pada tanggal 1 Juni 2009, Florentino Pérez kembali menjadi presiden Real Madrid dan bertahan sampai saat ini.[24][25] Pérez melanjutkan tradisinya mengontrak pemain bintang dengan membeli Kaká dari AC Milan dan kemudian membeli Cristiano Ronaldo dari Manchester United yang memecahkan rekor transfer dengan harga 80 juta pound sterling. Di bawah asuhan pelatih kontroversial dari Portugal, Jose Mourinho, Real Madrid berhasil memenangi gelar La Liga untuk ke-32 kalinya pada musim 2011-12.
Contoh Artikel Non Ilmiah
Cerpen
Sumber : cerpenmu.com (karangan Tito Mendes)
Ijinkan Aku Tetap Sekolah
Nanis merupakan anak bungsu dari pasangan keluarga miskin. Empat orang kakanya hanya mampu menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD), bahkan ibunya tak paham soal sekolah. Kalo bicara soal pendidikan di keluarganya, yang paling tinggi adalah kakaknya yang nomor dua. Dia sempat merasakan duduk di bangku SMP walau hanya satu semester, dan kemudian didepak lantaran tidak bisa membayar biaya sekolah.
Sebagai orang desa yang serba susah, mimpi Nanis tidak muluk-muluk. Dia hanya ingin bersekolah. Tidak peduli sekolah apapun namanya. Waktu duduk di bangku sekolah SD, Nanis bersekolah di sekolah yang hanya bersetatus terdaftar. Soal prestasi sekolahnya, jangan ditanya. Karena jika ditanya, itu hanya akan menjadi pertanyaan yang tidak pernah terjawab sepanjang masa, dan akan menjadi rahasia yang tak terpecahkan, bahkan dengan mengerahkan intelejen sekelas FBI sekalipun.
Gedung sekolah Nanis ketika itu lebih pantas dijadikan kadang kelinci, daripada kandang ayam. Tapi Nanis tidak peduli. Buat Nanis, yang penting adalah status bersekolahnya, dan belajar dengan giat. Soal sarana dan prasarana, itu urusan lain. Menurut Nanis, toh pada akhirnya yang dilihat hanya ijazah, dan kemampuannya saja, tidak sampai gedung, pengajar, bocor atau tidak bocor sekolahnya. Walau orang miskin, Nanis memang terkenal memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Hingga pada akhirnya, dengan menjunjung tinggi keyakinannya itu, Nanis dapat menyelesaikan pendidikannya hingga lulus SMA.
Seperti kebanyakan siswa lainnya, Nanis pun ‘galau’ ketika harus memilih bekerja atau kuliah. Jika kuliah, kuliah jurusan apa, di mana, bagaimana memulainya, dan segudang pertanyaan lainnya. Pertanyaan tambahan bagi Nanis adalah, biayanya dari mana, bagaimana cara daftaranya, dijemput atau tidak, dan beberapa pertanyaan polos yang sulit dicerna oleh kebanyakan orang. Karena bagi kebanyakan orang, pertanyaan-pertanyaan Nanis bukanlah pertanyaan yang wajib dijawab. Bahkan, jika diumpamakan sebuah ujian, pertanyaan Nanis itu masuk kategori pertanyaan “Bonus”. Yang kalaupun salah menjawabnya, tetap dianggap benar oleh pembuat pertanyaan.
Hingga suatu ketika, Nanis memberanikan diri menyampaikan kebingungan kepada Ibunya yang dianggap dapat memberikan solusi.
“…Bu, Aku bingung, aku sudah lulus SMA” keluh Nanis kepada ibunya.
“Terus, apa masalahmu?”Jawab ibunya.
“Aku bingung harus kuliah atau bekerja” lanjut Nanis ragu.
“Kita ini orang miskin, bekerja lebih baik buatmu. Tidak ada kata kuliah, bisa lulus SMA saja, kau sudah banyak bikin ibu susah.!!” sahut ibunya sinis.
“Terus, apa masalahmu?”Jawab ibunya.
“Aku bingung harus kuliah atau bekerja” lanjut Nanis ragu.
“Kita ini orang miskin, bekerja lebih baik buatmu. Tidak ada kata kuliah, bisa lulus SMA saja, kau sudah banyak bikin ibu susah.!!” sahut ibunya sinis.
Nanis diam tanpa kata, karena menjawab pernyataan ibu, hanya akan mempersulit perjuangannya. Nanis tidak menduga, ternyata mengeluh kepada ibunya jadi masalah baru. Sekarang tantangan Nanis bertambah, selain kebingungannya memilih kerja atau kuliah, Nanis harus meyakinkan ibunya agar memberi restu untuk melanjutkan kuliah.
Nanis tidak berani bercerita kepada Bapaknya tetang masalah yang sedang dialami, hal ini dilakukan oleh dia bukan tanpa alasan. Mungkin karena sejak awal Nanis lahir, bapaknya memang sudah tidak berniat untuk menyekolahkannya. Bagi bapaknya, menjadi kuli bangunan dari kampung ke kampung sudah cukup terhormat. Itulah kalimat semboyan bapak Nanis sejak ibunya mengandung Nanis dan empat orang saudaranya.
Bapak Nanis sseorang kuli bangunan. Saat ini, sedang merantau menyelesaikan sebuah proyek gedung di kota bersama teman satu desanya. Biasanya, bapak Nanis balik saat proyek selesai atau saat diberi kesempatan libur oleh Mandor.
Malam hari setelah Nanis pulang dari mushalla usai menjalankan shalat Isya, dia mencoba menemui kakaknya yang nomor tiga, namanya Intan. Intan adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga Nanis. Selain memiliki sifat keibuan, Intan kadang bijak dalam memberi nasehat dan arahan.
“Teh -teteh, sebutan kakak perempuan bagi orang sunda-, aku bingung” keluh Nanis pada Intan.
“Bingung kenapa kamu Nis?” sahut Intan.
“Teteh tahukan, aku baru saja dinyatakan lulus oleh sekolah” lanjut Nanis.
“Teteh tahukan, aku baru saja dinyatakan lulus oleh sekolah” lanjut Nanis.
“Lalu, masalahmu apa? Tanya tetehnya kembali.
“Aku ingin kuliah, tapi aku tak tahu bagaimana caranya. Aku tak tahu harus memulai dari mana. Kita tak punya uang, uang pendaftaran, uang macam-macam, semua kita tidak punya. Parahnya lagi, Ibu malah menyuruhku untuk memilih bekerja. Aku tak tau harus bekerja apa” jawab Nanis panjang menjulang.
“Nis, jika teteh harus menjawab jujur, mungkin mengeluh pada teteh juga akan menambah masalah buatmu”. Sahut Intan dengan nada lemah. “Teteh tahu apa tentang sekolah” lanjutnya dengan mata berkaca-kaca. “Tapi, rasanya, sebagai orang yang lebih tua, teteh tidak pantas membantah keinginanmu yang mulia itu” lanjut Intan menenangkan. “Lalu.?” Tanya nanis penasaran. “Teteh mendukungmu Nis, nanti teteh bantu kamu meyakinkan ibu” tegas intan meyakinkan.
Nanis girang bukan kepalang, “terima kasih Teh” sahut Nanis dengan wajah gembira. Nanis beranjak ke kamar, Nanis tidur pulas malam ini.
Soal urusan lobi melobi ibu, Intan memang jagonya. Mungkin karena mereka sama-sama perempuan, sehingga tahu dari mana dia harus memulai sebuah pembicaraan dan meyakinkan.
Keesokan harinya, Intan menyiapkan amunisi, siap berperang, siap menyerang. Menunggu hari senja, Intan bergegas, bertanya kepada teman-temannya, mengapa kita harus sekolah, bagaimana orang bisa sukses, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sudah disiapkan. Semua jawaban direkam olehnya, dan akan dijadikan bahan obrolan saat meyakinkan ibunya nanti malam. Hari kembali senja, perjuangan Intan dimulai.
Setelah shalat magrib, Intan mulai mendekati Ibunya. Muka ibu nampak sedang tidak sedap, Intan urung. Bada Isya, muka ibu mulai cerah. Entah pembersih apa yang dipakai ibu Intan. Intan mendekat, sedikit pura-pura santai, lalu intan menyapa.
“…Bu, aku lihat TV di rumah teman, banyak orang-orang sukses yang muncul disana” Intan memulai pembicaraan dengan ibunya.
“Kenapa? Kamu ingin ibu belikan TV untuk kalian? Uang dari mana?” Sahut ibu menebak maksud Intan.
“Bukan Bu” bantah Intan. “Dari tayangan itu, mereka berjuang menjadi sukses dan mereka sekolah” jelas Intan dengan ragu.
“Bukan Bu” bantah Intan. “Dari tayangan itu, mereka berjuang menjadi sukses dan mereka sekolah” jelas Intan dengan ragu.
“Pasti mereka berasal dari orang kaya” timpal ibu.
“…Betul bu” sahut Intan. “Tapi, yang paling penting, walau mereka kaya, mereka bersekolah sampai tinggi. Sampai sarjana, malah di atasnya” Intan mulai mengarah kepada pokok pembicaraan.
“Ya, karena mereka kaya” bantah ibunya.
“kalau mereka saja yang sudah kaya mau sekolah, mengapa kita orang susah gak mau sekolah bu, setidaknya, supaya kita lebih terhormat, sejajar dengan kebiasaan orang kaya, yaitu sekolah” Intan mulai panas.
“Bagaimana kita bisa sekolah, kalo kita gak punya uang buat bayarnya. Sekolah itu hanya miliki mereka yang ber-uang. Orang susah kayak kita mana bisa” Ibu terbakar.
“Sekolah itu sebab bu, bukan akibat. Orang sekolah, berilmu, sukses, lalu jadi orang kaya. Bukan sebalikna. Setelah kaya, mereka menyekolahkan anak dan keturunannya. Bukankah ibu dulu yang pernah bilang kepada Intan waktu kecil soal itu.!?” Intan mulai ngarang. Ibu mulai diam dan berpikir sejenak, bingung, karena ibu merasa tidak pernah mengatakan hal itu sebelumnya. Tapi tetap meng-amini, lalu menyahut.
“…Tan, orangtua selalu berbicara idealis kepada anak-anaknya, walaupun sesuatu yang tidak mungkin sekalipun dicapainya. Itu kewajiban orangtua. Kenyataanya, tidak semudah yang ada pada ucapan mereka. Paham kau Tan..!? bentak ibunya.
“…Sudahlah, usiamu sudah cukup tua untuk sekolah, tidak pantas anak SMP seusia kamu” kata ibu mulai menutup pembicaraan.
“…bukan aku bu, tapi Nanis” Intan memelas.
Pembicaraan mereka berlanjut dengan tensi yang lebih rendah. Intan mulai menjalan strategi memelas kepada Ibunya, si Ibu mulai merendah. Bertahan di tengah gempuran sang anak. Berkali-kali Intan melakukan serangan, tapi tetap dimentahkan. Pembicaraan terus berlangsung, hingga mereka tertidur.
Pagi buta Intan terbangun lebih dahulu dari ibunya. Intan bergegas, menjalankan shalat subuh, membersihkan dapur, dan menyiapkan makanan seadanya. Tak lama kemudian ibu terbangun. Intan berharap ibu lupa dengan perdebatan tadi malam. Walau ingat, Intan berharap ibu menyetujui niat Nanis untuk melanjutkan kuliah.
Waktu sudah menunjukan pukul 09.00 pagi, tidak ada pembicaraan yang berarti hari ini. Ibu malu menyapa, Intan enggan memulai. Sementara Nanis, menjalankan aktifitas rutinnya, menyemai harapan.
Ibu mendekat pada Intan, dengan gerakan sedikit canggung, ibu menyapa.
“…Tan, kemana Nanis?” Tanya ibu penuh basa-basi
“Mungkin sedang keluar bersama teman-temannya bu” jawab Intan dengan nada kikuk.
“Jika Dia pulang nanti, bilang padanya…”
“Bilang apa bu?” potong Intan penasaran.
Ibu termenung dan terdiam sejenak. Sementara Intan menanti jawaban ibu dengan mata berbinar-binar.
“Bapak minta Nanis menyusul ke kota, kontraktor tempat bapak bekerja membutuhkan kuli untuk percepatan proyeknya. Tadi malam bapak menelepon lewat tetangga” jawab ibu dengan muka penuh bersalah.
Intan terdiam, pikirannya melayang. Sang Negosiator handal ternyata harus bersimpuh mengakui kekalahan yang tragis, kalah karena alasan kemiskinan. Negosiasi tadi malam berakhir, dan pemenang sudah diumumkan. Hasilnya adalah Nanis menjadi Kuli.
Nanis belum tahu soal ini, karena hari ini Nanis sedang menemui guru-gurunya yang dianggap bisa membantu meraih mimpinya itu.
Tapi palu sudah diketuk, sekuat apapun, hasil apapun yang nanis dapat, menjadi kuli adalah jawabannya. Karena suara bapak adalah suara tuhan. Tidak ada yang bisa membantah keputusan tersebut. Ini adalah pukulan hebat bagi Intan. Sementara Nanis masih tersenyum dikejauhan entah dimana. Dia belum tahu, bahwa kuli adalah profesi dia selanjutnya.
Karya ilmiah
Bahaya merokok
Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002). Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bias dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi dimensi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah untuk menggambarkan bahaya merokok, penyimpangan sek pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman keras dan narkoba.
C. TUJUAN
Agar pembaca lebih mengerti tentang bahaya merokok, penyimpangan seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman keras dan narkoba serta menyadari bahwa merokok, penyimpangan sek pada remaja dan bahaya penyalahgunaan minuman keras dan narkoba dapat merusak tubuh manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Remaja dan Rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan ( reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma ( permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya. Penyebab Remaja Merokok antara lain :
1. Pengaruh Orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh Teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang- kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri,1991)
3. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi penggunadibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999).
4. Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
Merokok pada umumnya sangat berbahaya pada diri kita maupun diri orang lain disekitar kita. Dalam rokok banyak mengandung Nikotin yang dapat merusak organ tubuh manusia, daintaranya yaitu Kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencegahan harus lebih diutamakan dari pada pengobatan. Jangan sekali kali mencoba untuk merokok karena hamper dari semua yang terjerumus berawal dari coba coba. Pikirkan bentuk pergaulan. Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan
B. Saran
Menekan pada pencegahan maka perlu dipikirkan upaya upaya yang lebih sungguh sungguh dan terpadu : di sekolah, di rumah dan melibatkan pihak pihak lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar